15 Negara Dengan Ekonomi Terpayah Di Tahun 2015

Jika kondisi perekonomian suatu negara dalam keadaan payah atau memburuk tentu saja berdampak juga pada kondisi warganya, harga-harga Barang tinggi dan daya beli menurun, nah pada tahun 2015 ini sebuah situs ekonomi dunia ternama yakni Bloomberg telah merilis 15 Negara yang termasuk dalam daftar Negara dengan ekonomi terpayah, dalam daftar tersebut Indonesia juga terdapat dalam daftar. Selain Indonesia negara-negara yang masuk dalam daftar 15 Negara dengan ekonomi terpayah pada tahun 2015 ini adalah Argentina, Venezuela, Brazil, Kolombia, Ukraina, Yunani, Spanyol, Kroasia, Turki, Portugal, Italia, Slowakia dan Afrika Selatan.

Hasil kesimpulan ini diambil setelah menganalisa data yang menjadi indikator kepayahan ekonomi suatu Negara yakni penambahan antara prosentasi pengangguran (unemployment rate) dan perubahan pada indeks harga konsumen (Consumer price index), dimana bila pengangguran bertambah dan harga Barang naik sehingga masyarakat harus membeli harga Barang yang sama dengam harga yabg lebih tinggi, hal yang menunjukan kalau Negara terkait Tengah sangat payah ekonominya. Itu adalah salah saru indikator yang bisa menunjukan kepayahan ekonomi suatu Negara, belum lagi dengan beberapa indikator lainnya.

Memang harus diakui kalau Indonesia harus masuk dalam daftar 15 Negara dengan ekonomi terpayah di tahun 2015 ini, mengingat kondisi perekonomian yang semakin sulit dengan berbagai kenaikan harga barang, angka pengangguran yang tinggi, ancaman PHK dan rupiah yang terus tertekan. Satu Indikator yang telah dijabarlan diatas saja sudah dapat menunjukan kepayahan ekonomi suatu Negara, apalagi yang dialami oleh Indonesia tidak hanya satu indikator, beberapa indikator lainnya yang membuat ekonomi Indonesia semakin payah yaitu Gross Domestic Product, inflation rate, balance of trade dan sebagainya.

Tentu saja kita sebagai warga Negara Indonesia berharap agar pemerintah segera dapat mengatasi permasalahan ekonomi Negara yang semakin payah ini, jangan cuma retorika, slogan dan janji-janji muluk yang terlontar, namun bukti nyata yang sangat dibutuhkan. Memang semuanya butuh proses, tapi setidaknya proses juga ada indikasi ke arah yang positif. Pemerintah Indonesia tak boleh lagi menganggap permasalahan ini dengan anggapan enteng, cepat cari solusi dan amankan perekonomian Indonesia.